Kamis, 22 Desember 2016

Kiko and His Green House

Kiko and His Green House

By : Dian Kristiani 

 

Kiko the Rabbit, wants to paint his house. 
He looks at the color chart, and thinks what is the most beautiful color to be applied.
After minutes choosing, Kiko picks green color.
"What a lovely color. I think my house will look fresh and clean," he thinks.

Kiko paints his house with smile in his face.
"What a lovely house I have!"
He keeps painting, and painting, until everything is done.

Suddenly, Bubi the Buffalo, comes.
"Seriously? GREEN? Do you know that green is a terrible color? It can hurt our eyes. I will never never never use green to color my house. Hahaha, you are dumb. Do you think your house now is beautiful? It's a pity if you think that,"

Kiko stares at Bubi. He doesn't understand why Bubi says mean words like that.
"Is your life good, Bubi? Are you happy? Are you OK? Because, a happy person will never never never say mean words,"

Bubi screams.
"OF COURSE I AM HAPPY!"
"So, why you complain about my house's color? This is my house. I will do anything that I thinks good for me," Kiko replies.

Bubi shakes his head.
"But everyday I passes here. And I can't stand seeing an ugly house like this,"

Now, Kiko is really angry.
"I don't do anything wrong with my house. I don't hurt you with my house. I never complain about you, and your house. I like green. What's wrong with that? It's up to me to paint our house with any color that I like. AS LONG AS I DON'T HURT OTHERS!"

Bubi cynically laughs.
"Ah, it's hard to talk to dumb person like you. I only tell you the truth. Green is bad, really really bad,"

Then, Bubi leaves Kiko.
Bubi never talks to Kiko anymore.
Until now, Kiko still doesn't understand why Bubi act like this.
Maybe, Bubi is not happy with his own life.
Maybe ...

Senin, 19 Desember 2016

Fitnah ... Belajar dari Ibas Yudhoyono

Dari dulu, saya nggak suka sama Ibas Yudhoyono.
Tau Ibas, kan? Putra kedua dari mantan presiden kita, Bapak SBY.

Ssst, jangan mikir politik ya. I am too dumb to think about that. IQ saya terlalu tiarap untuk mikirin masalah politik.
Yang nggak saya sukai dari dia itu, PENAMPILANNYA!

Sejak awal kenal dia (cieeh, kenal ... padahal liat koran doang), saya mbatin. Ini anak presiden, horang kaya, kok penampilannya culun bener ya?
Rambutnya teplek lepek.
Bajunya tangan panjang, dan selalu dikancingkan sampai ke leher.
Wes ... not my type bener. (Duile Mak, emangnya mau naksir doi? Inget umur ...)

Bandingkan dong dengan Agus, kakaknya. Agus mah keren. Ya iyalah, pake seragam gitu lho!
Dalam hati saya membatin, kenapa ya? Kenapa harus lengan panjang? Kenapa harus dikancingin sampe ke leher? Kenapa nggak pake baju kece ala boyband? Kenapa rambutnya nggak dijabrik atau dijambul ala kekinian?

Lalu ... bisik-bisik tetangga pun dimulai.
Saya mendengar gosip, bahwa Ibas selalu tampil berlengan panjang, karena ada sesuatu di tubuhnya.
Bahkan, konon dia di kolam renang aja pake baju diving yang serba panjang.
Apa itu yang ada di tubuhnya?
Ssst ... katanya TATO!

Hoaaa, pantesan aja ya dia selalu menutupi tubuhnya.
Mulut saya pun mulai mencong kanan dan mencong ke kiri. Sibuk merumpi ke suami, ih anak presiden, anak tentara, muslim, kok tatonya penuh sebody?

Di antara lambaian bibir saya ke kanan kiri depan belakang mencong barat mencong timur, suami saya bilang.
"Jangan memfitnah orang!"

Saya ngeles dong, kayak bajaj di pengkolan.
"Ih, katanya memang gitu kok. Kata orang-orang lho, memang dia begitu. Kalo nggak, ngapain dia krukupan terus?"

Suami saya ketawa, "Orang tuh ya, kalau udah nggak suka sama seseorang, nyariiii aja aibnya. Parahnya lagi, sampai rela bikin fitnah. Hiiiy,"

Lalu, suami saya meminta saya buka google.
"Wes apapun deh, mau ke IG kek, mau ke mana kek, cari saja gambar Ibas Yudhoyono," perintah suami saya.
Saya pun capcus ke IG.

Oh la la ... ternyata di IG adaaaaaa foto2 Ibas pake celana pendek, pake T-Shirt lengan pendek, lagi nge-gym ama istrinya yang cantik, pake sepatu Nike yang keren, daaaan rambutnya kagak tepleeeek!

Hahahaha, duh dosa bener ya saya. Maafkan saya ya Mas Ibas sudah memfitnahmu meski pada suami sendiri.
BTW, lengan Mas Ibas mulus. Putih. Kagak ada tuh tato-tatoan. Tompel aja kagak ada.

Seriously, he looks gorgeous!
Mungkin perlu digemukin dikit, karena doi terlalu kurus. Tapi overall, dia ganteng juga. Kagak kalah sama Mas Agus.

Lalu, pertanyaan saya berlanjut ke suami.
"Kalo gitu, kenapa dia pake lengan panjang melulu ya? Dan dikancingin rapat-rapat? Trus rambutnya lepek?"

Ini jawaban suami.
"Itu masalah selera. Seleranya dia gitu, kok kamu yang ribut. Masih ingat kan 'de gustibus non est disputandum'. Masalah selera, masalah rasa, tidak bisa diperdebatkan,"

Ouw ... bener juga ya. Masalah selera. Kayak saya, kenapa saya suka pake baju warna gelap dibanding warna cerah. Kenapa saya lebih suka sepatu tali daripada sepatu tertutup. And so on.

Satu pelajaran yang bisa saya garis bawahi kali ini.
Jangan memfitnah!
Kamu boleh nggak suka sama seseorang, tapi JANGAN MEMFITNAH!


OK?



Makasih buat Mas Ibas, dan saya masih berharap suatu saat kamu tampil dengan gaya anak muda yang stylish bin keren :)

*disclaimer:
Ini bukan postingan politik, bukan postingan memuji keluarga Cikeas. Bukaaan. Saya cuma empet aja dengan cara-cara orang sekarang yang suka main fitnah dan hoax, padahal kebenarannya tidak seperti itu.
Mari, berpikir cerdas. Kita ini manusia, bukan monyet. Manusia punya akal budi, bukan napsu belaka.




Minggu, 04 Desember 2016

Berapa sih penghasilan penulis buku anak?

Saya sering ditanya, bisakah saya hidup HANYA dari menulis buku anak?
Maksudnya tentu, tanpa gaji suami.
Jawab saya : AMAT BISA.
Untuk hidup satu keluarga, juga AMAT BISA.

Saya juga sering diminta memberi motivasi pada ibu-ibu yang ingin menulis buku anak.
Berapa sih penghasilan seorang penulis buku anak?
Maksudnya, supaya ibu-ibu itu tergerak untuk ikut menulis.
Indonesia ini darurat buku anak yang bagus. Kita butuh banyak sekali buku anak yang bagus, untuk memberi fondasi sikap, sopan santun, keimanan, dll pada anak.

Nggak bisa dipungkiri, kan? Kalau kita bicara masalah uang, maka mata pun bersinar-sinar.
Banyak yang terperangah "wow".
Banyak yang nggak percaya. Ternyata, kita bisa kok hidup dengan profesi sebagai penulis buku anak.

Tahun 2010 saya berhenti dari pekerjaan. Lebih tepatnya, diberhentikan karena kantor Surabaya ditutup.
Jabatan terakhir saya adalah Senior Merchandiser.
Gaji saya saat itu, jauh di atas UMR, meski UMR 2017 sekalipun.

Waktu itu, saya galau. Tawaran pekerjaan lain ada, dengan gaji yang lebih banyak. Wajar sih, udah senior kan? (baca: udah tua).
Namun, saya sadar bahwa sulung saya mau masuk SD.
Saya ingin, mengawasi semua perkembangannya.
Apa saja PR nya? Apa tugasnya? Ulangan apa? Dll dll.
Saya ingin mengantar, dan menjemputnya tiap hari. Saya ingin ada di sisinya, ketika dia pulang dan makan siang bersama saya.
Sudah cukup rasanya, 6 tahun dia makan siang bareng Mbak Warni, mantan ART saya.

Jika tidak bekerja, bagaimana dengan keuangan kami? Sudah pasti tidak cukup.
Namun, saya punya keyakinan. Dalam satu atau dua tahun, saya bisa mendapat uang lagi.
Saat itu, saya sudah mendapatkan royalti.
Mau tahu berapa jumlah royalti saya?
Sekitar dua juta rupiah. Per semester.
Dikit, ya? Coba dibagi enam bulan. Berarti, sebulannya sekitar 350 ribu rupiah.
Duit segitu, dibandingin gaji saya, apa artinya?

Tapi saya pantang menyerah.
Saya bilang ke suami : saya tidak mau bekerja lagi, titik.
Suami mempersilakan, dan kami berdua mulai berhitung cermat.
Kami harus melakukan penghematan besar-besaran.
Kami bahkan membuat tabel lauk pauk yang bisa dimasak dengan uang 10 ribu per hari.

Saya terus menulis.
Saya nggak pernah berhenti menulis.
Menulis, kirim, menulis, kirim.
Saya juga mengirim ke majalah. Honornya amat membantu untuk hidup sehari-hari. Lumayan banget.
Dan, dua tahun kemudian, saya sudah memanen hasil.
Royalti saya, sekitar 18-20 juta per semester.  Berarti, per bulan saya sudah mendapatkan tiga juta lebih.
Itu sudah sepersekian gaji saya dulu. Masih jauh, tapi sudah menunjukkan titik cerah.

Terus dan terus menulis.
Saya tipe orang yang fokus. Saya tidak terpengaruh dengan si A si B yang menulis genre ini, itu, dan sukses.
Saya yakin, dunia saya ada di sini. Meski sempat juga belajar nulis genre lain, tapi itu lebih sebagai pengayaan diri. Bukan untuk banting setir dan ikut-ikutan.

Jadi, saya tekankan sekali lagi.
Jika dirimu fokus, maka mengandalkan nafkah dari menulis bacaan anak sangatlah bisa.
Percayalah.
Berapa royalti saya sekarang?
Tak elok jika disebut, hehe.
Yang pasti, sudah jauh meninggalkan angka gaji saya yang dulu. Jauh sekali, hingga kamu harus naik gojek atau grab untuk mengejarnya.

Enak, kan?
Tentu terlihat enak.
Namun, di balik segala kenikmatan, tentu ada perjuangan.

Saya hanya bisa meyakinkan kalian kalian yang ingin menulis buku anak.
Jika memang itu passionmu, mulailah segera.
Tapi jangan hanya ikut-ikutan.
Karena kalau ikut-ikutan, yang ada hanya nulis sekali, terus bete karena nggak kunjung terbit.

Yuk, mulai menulis.
Indonesia butuh banyak bacaan anak yang bagus dan berkualitas.

Salam,

Dian Kristiani
Penulis buku anak
Mommy of two fabulous boys

IKLAN






Judul     : Kumpulan Dongeng Binatang Terpopuler Sepanjang Masa
Hal       : 86 hal full color
Isi  : 20 dongeng binatang
Harga   : Rp. 59,500
Penerbit: CIKAL AKSARA
Dilengkapi dengan fakta unik tiap binatang