Selasa, 22 Oktober 2013

Pilih Kasih

Pernahkah teman-teman mendengar, bahwa orangtua itu tak membeda-bedakan rasa sayang terhadap anak?
Benarkah itu?
Maybe yes, maybe no ...

Mungkin, kalo masalah keadilan secara fisik, orangtua bisa adil. Memberi makanan yang sama, menyekolahkan di sekolah yang sama, memberi uang saku yang sama dll.

Tapi bagaimana dengan masalah hati?
Benarkah, orangtua bisa menyayangi anaknya yang luar biasa bandel dan selalu menyusahkan, lebih dari menyayangi anaknya yang juara kelas, berprestasi, dan selalu membahagiakan?

Doa yang terlantun dari mulut orangtua mungkin sama, semuanya demi keselamatan anak-anaknya. Tapi, apakah benar orangtua bisa menyayangi anak-anaknya sama persis?

Sampai sekarang, saya masih bertanya-tanya akan hal itu.

Sebagai seorang ibu, saya berusaha keras untuk tidak pilih kasih. Jika ada sesuatu yang menjengkelkan hati saya atas perlakuan salah satu anak, maka saya berusaha mengerem mulut untuk tidak membandingkannya dengan anak yang lain. Bukan apa-apa, saya sendiri pun (sebagai anak) paling tidak suka jika dibanding-bandingkan.

Pun jika satu anak saya berprestasi, saya juga berusaha mengerem mulut saya untuk tidak bilang ke anak yang lain, kenapa kamu tak seperti saudaramu?
Saya juga tak akan membangga-banggakan prestasi itu secara berlebihan, karena itu akan menyakiti hati anak yang lain.
Bisa saja, dalam hati mereka bertanya, "Kok aku tidak dibanggakan?"

Ternyata, susah ya jadi orangtua hihihi.

Saya pernah melihat seorang ibu yang begitu ceria saat ditelepon anaknya yang sukses (secara materi, akhlak dll). Namun ekspresi wajahnya itu berubah, saat ditelepon anaknya yang lain (yang selalu membawa kesusahan).
Ekspresinya seolah, "Apa lagi nih??"

Salahkah ibu itu? Menurut saya kok tidak.
Itu manusiawi kan?

Duh Gusti, saya berharap dua anak saya tumbuh dengan baik, dua-duanya membawa kegembiraan dalam hati saya, supaya saya tidak mengalami dilema dan permasalahan pilih kasih ini.

Sampai saat ini, mereka berdua menghibur saya dengan caranya sendiri-sendiri.
Edgard dengan kepandaiannya, dan Gerald dengan sense of humournya yang tinggi ^^

Saya akan berusaha menjadi ibu yang tidak pilih kasih. Doakan mommy ya kids!


Selasa, 15 Oktober 2013

Bosankah Dia?

Pernahkah kita memiliki teman/tetangga/saudara yang selalu "mengganggu" kita dengan permintaan-permintaannya?

"Gula saya habis, bisa minta dikit nggak?"
"Lupa beli minyak goreng, bisa minta semangkuk?"
"Anak saya harus bayar seragam, padahal suami saya belum gajian, bisa pinjem duit nggak?

Sekali dua kali, kita akan menolong dengan senang hati. Bagaimana jika permintaan itu datang terus menerus dari orang yang sama?
Pasti, saya yakin seyakin-yakinnya, kita bakal 'mbeleneg' alias muak.

"Idih, ga tau diri. Ngelunjak!"
"Awas yo, besok kalo minta-minta lagi, bakal kutolak,"
"Memangnya aku badan sosial? Dimintai tolong terus menerus?"

Lalu, apa yang terjadi?
Bisa ditebak, kita akan menghindar jika bertemu dengan orang tersebut. Bila perlu, dia ketuk-ketuk pintu rumah kita, kita pura-pura nggak denger.
"Males, paling-paling mau minjem beras,"
Lalu kita pun nyungsep di kasur sambil nutupin kuping pake bantal.

Nah, sekarang mari berpikir hal lain.
Pernahkah kita meminta sesuatu pada Tuhan?
Pasti pernah dong, malah cenderung maksa.
"Ya Tuhan, jadikan anakku anak yang sholeh, pintar, banyak rejeki bla bla,"

Besoknya ....
"Ya Tuhan, saya pengen banget naskah saya diterima di penerbit A, bantu ya Tuhan bla bla bla,"

Besoknya lagi ...
"Ya Tuhan, badanku kok sakit semua ya. Sembuhkan ya, supaya aku bisa beraktivitas normal,"

Besoknya lagi ...
"Ya Tuhan, lindungi suamiku. Dia mau dinas ke luar kota. Jaga dia ya?"

Kira-kira, Tuhan bosan nggak ya?
Doa terus menerus, dari orang yang sama ... dan isinya minta-mintaaaaaa terus ^^

Jawabannya: Tuhan tak pernah bosan, karena Tuhan adalah sebaik-baiknya tempat meminta. Kita boleh meminta apa saja pada-Nya, boleh curhat apa aja pada-Nya.

Nah, jika Tuhan sudah begitu bermurah hati pada kita dan tidak 'mbeleneg' mendengarkan permintaan-permintaan kita yang ngeyelan, mengapa kita tak bisa meniru-Nya secuil saja?

Jangan bosan, jika ada orang datang meminta pertolongan padamu.
Bisa jadi, pertolonganmu itu akan menjadi pahala besar yang akan mengantarkanmu ke surga.
Jangan beranggapan, kalo kita menolong orang, maka kita rugi.
Sebaliknya, kita tuh untung banget. Karena berarti tabungan pahala kita bertambah. Ditambahi tabungannya, masa sih gak mau?

Jadi ya, begitulah hihihihi.

Tulisan ini untuk menampar diriku sendiri, yang sering bosan jika ada orang yang terus menerus meminta tolong ini dan itu.

Sabarrrrr ....